Oleh : U. Sumpena
Peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang
PENDAHULUAN
Mentimun (Cunrrnis sativus L) adalah salah satu sayuran buah yang
banyak dikonsurnsi oleh masyarakat Indonesia. Nilai
gizi mentimun cukup baik karna sayuran buah ini merupakan
sumber mineral dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 gr
mentimun terdiri dari 15 kalori, 0,8 protrin, 0,l pati, 3 g karbohidrat, 30 mg
fosfor, 0.5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflafin, 19 mg asam, O,45 IU vitamin A,
0,31 U vitamin Bi,
dan 0,21 U vitamin Bz. Luas pertanaman mentimun di
Indonesia tahun 2000, 48,121
Ha, dengan kebutuhan benih
96.242 kg, sehingga biaya produksi
yang harus dikeluarkan petani
untuk pengadaan benih Rp.
48.121.000.000,- (BPS, 2002).
Benih bermutu
tinggi adalah benih yang
memenuhi standar kemurian benih minimal 95%, kotoran
maksimal2%, tidak cacat dan identitas sesuai
dengan kultivarnya (Aosa, 1983). Menurut Perry (1981) beberapa
faktor yang mempengaruhi vigor benih adalah lingkungan, status nutrisi
dan kemasakan benih
saat panen. Thomson dan Kelly
(1957), menyebutkan bahwa unsur
fosfor dan kalium merupakan unsur
hara yang penting untuk tanaman
mentimun. Menurut Copeland dan McDonald
(1985) benih yang kekurangan
fosfor menghasilkan tanaman yang lebih
kecil. Pada kematangan benih
sebagian besar kandungan fosfor dalam
biji berbentuk phytin. Phytin berperan dalam proses perkecambahan (Austin, 1972).
Dengan tersedianya phytin dalam
benih maka daya kecambah
benih akan tinggi.
Benih berkualitas
tinggi diperoleh bila
selama penanamannya kebutuhan dan unsur hara dapat terpenuhi, sehingga
pertumbuhannya menjadi optimal. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui tanggap dosis pupuk
fosfor terhadap kualitas
dan kuantitas benih serta
mendapatkan dosis pupuk fosfor yang terbaik untuk setiap kultivar mentimun.
BAHAN DAN METODE
Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan
Balai Penelitian Tanaman Sayuran
pada ketinggian 1.250 m di atas permukaan laut, jenis tanah Andosol
dengan pH 5,5. Dilanjutkan dengan
pengujian di laboratorium teknologi benih. Percobaan
dilakukan dari bulan Juli sampai bulan Desember 2004. Bahan
yang digunakan pupuk kandang kuda 10 ton
ha-1, 100 kg Natrium ha-1
dan 100 kg Kz05 ha-1. Untuk
mencegah serangan hama dan penyakit
digunakan hektisida Ambush dan Fungisida Antracol, dosis 2 cc
dan 2 gr per
liter air, interval penyemprotan 1
minggu sekali.
Kerikil bata
untuk pengujian benih, plastik dan
kertas saring untuk
uji perkecambahan, moistertester
untuk uji kadar air
benih, serta lembaran alumunium foil,
gelas ukur, aquades, conductyvity
meter untuk uji penuaan dipercepat atau tingkat kebocoran benih.
Rancangan percobaan
Rancangan
Petak Terpisah, diulang tiga
kali. Petak utama adalah
enam kultivar mentimun (K).
(KI) Pluto, (Kz) Mars,
&) Saturnus, (K4) Venus, @) LV
2276, (K6) LV
308. Sedangkan anak petak, empat dosis pupuk fosfor (P). (Pi) 0 kg ha-1
P & (P4 100 kg ha-1 P205,
(P3) 150 kg ha-1 P205
dan (P4) 200 kg ha-1 P205.
Parameter yang diamati :
1.
Jumlah benih per buah
2. Bobot benih per tanaman
3. Bobot benih per plot
4. Persentase kecambah normal
5. Persentase daya muncul kecambah (uji kerikit bata)
6. Persentase uji penuaan
dipercepat.
7.
Indeks vigor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah
benih per buah
Dari hasil analisis
statistik Tabel 1 tidak ada interaksi antara perlakuan pemupukan fosfor
dengan kultivar. Jumlah benih per buah antar kultivar tidak berbeda
nyata karena menurut Laing (1992)
tanaman mentimun mempunyai sifat konserpatif
dalam alokasi sumber daya dan
mendahulukan kemampuan hidup sejumlah
kecil buah diatas produktifitas. Pada
jumlah benih per buah terlihat adanya perbedaan yang nyata
antar perlakuan pemupukan. Pupuk (0 kg ha-1 P205) (PI) memperlihatkan hasil yang terkecil
dibanding pemupukan 150 kg ha-l
Pz05 (P3) dan pemupukan 200 kg ha-1 Pz05 (P4).
Hal ini
menunjukkan bahwa dengan
pemupukan fosfor tanaman cukup tersedia fosfor yang menjadi
pembentukan ATP dan fotosintat
yang dapat ditranslokasikan kedalam benih
lebih optimal. Dengan bertambahnya suplai fosfor jumlah
benih meningkat pula (Subhan, 1989). Bobot biji per tanaman
Tabel 1. Tidak ada interaksi antara perlakuan pemupukan fosfor dengan
kultivar. Sedangkan antar kultivar memperlihatkan pengaruh yang
berbeda nyata dimana
kultivar Pluto fi)
menunjukkan bobot biji pertanaman paling berat,
ha1 ini diduga karena
pengaruh genetis dari
masing-masing kultivar.
Pemupukan 150 kg ha-1
P205 (Pa) dan pemupukan 200 kg ha-1 P205 (P4) menghasilkan bobot biji per
tanaman yang lebih berat
disbanding tanpa pemupukan (0 kg
ha-1 Pz05) PI). Diduga
bahwa apda tanaman yang
diberi pemupukan fosfor kebutuhan tanaman akan fosfor lebih terpenuhi, sehingga transportasi makanan lebih lancar
dan cadangan makanan yang disimpan lebih banyak fosfor dengan kultivar
terhadap bobot biji per petak. Di antara
kultivar memperlihatkan perbedaan yang
nyata dimana kultivar Pluto memberikan hasil yang tinggi sedangkan
kultivar lainnya Mars (K4, Venus (&)
dan LV 2276 (G) memberikan hasil terendah. Hal
ini terjadi karena secara genetis produksi hasil masing-masing kultivar
berbeda. Antara perlakuan pemupukan fosfor tidak memperlihatkan pengaruh
yang berbeda nyata, diduga
fosfor yang tersedia telah mencukupi untuk menghasilkan biji
meskipun belum tentu memenuhi
syarat sebagai benih bermutu.
Persentase
kecambah normal.
Hasil analisis
statistik pada persentase kecambah normal, antara kultivar dengan pemupukan
fosfor tidak terjadi interaksi. Antar kultivar
terlihat adanya perbedaan di
mana kultivar Venus menghasilkan
persentase kecambah normal yang paling
kecil dibandingkan kultivar
lainnya. Hal ini diduga karena
perkecambahan dipengaruhi oleh sifat genetis
dari masing-masing kultivar yang
merupakan faktor dalam benih (Byrd, 1983).
Antar perlakuan
pemupukan tidak terlihat adanya perbedaan
yang nyata. Hal ini diduga karena pada perlakuan pemupukan menurut
Austin (1972) kekurangan mineral berpengaruh pada jumlah benih yang
dihasilkan. Kecuali pada
depresiensi yang berat, mempuyai
pengaruh yang kecil terhadap
komposisi benih, diduga dalam
tanah masih tersedia
fosfor yang dibutuhkan tanaman,
sehingga benih yang
dihasilkan masih memperlihatkan daya
kecambah yang tinggi. Kriteria kecambah normal, Kotiledon utuh
hipokotil tumbuh lurus akar
sekunder kuat dan akar primer kuat (Aosa, 1983).
Persentase
daya muncul kecambah
Media perkecambahan
menggunakan kerikil bata, diameter + Zmm, benih disusun
di atas pemupukan kerikil bata, dan
ditutup dengan kerikil bata 3cm, kecambah yang muncul dihitung pada hari
ke 9. Hasil analisis statistik
menunjukan tidak terdapat interaksi
antara dosis pupuk fosfor dengan
berbagai kultivar mentimun terhadap persentase daya muncul kecambah. Dari ke enam kultivar yang diuji, kultivar
LV 2276 (Ks) menunjukkan daya muncul terendah sedangkan kultivar
Pluto (KI) dan Saturnus
(K3) menunjukkan daya muncul yang tinggi untuk setiap
perlakuan pemupukan.
Hal ini diduga karean kultivar Pluto (KI) dan
kultivar Saturnus (K3) mempunyai ukuran biji per individu lebih besar dan berat sehingga mempunyai cadangan makanan
yang lebih banyak untuk muncul kepermukaan. Menurut Burris (1973), Fontes dan Ohlrogge (1972)
dalam Copeland dan Mcdonald, (1985) ukuran benih yang besar mepunyai
potensi vigor yang lebih besar.
Antar perlakuan pemupukan terlihat pemupukan 100 kg ha-1 Pz05 (Pz), 150 kg ha-1 P205 (P3) dan
200 kg ha-I P205 (P4) memperlihatkan daya muncul yang
lebih tinggi dibanding pemupukan Okg ha-1 Pz05 (PI) Salah
satu faktor yang umumnya mempengaruhi vigor benih adalah
keadaan status nutrisi tanaman induk.
Persentase
uji penuaan dipercepat
Uji pernuaan
dipercepat dilakukan dengan menyimpan
100 butir benih beralas
rami, diatas gelas
berukuran 750 ml di bawahnya
diisi air dengan jarak 6 cm,
diulang 2 kali dari setiap perlakuan di
lapangan. Kemudian
benih-benih dalam gelas disimpan dalam inkubator
dengan suhu 42 oC selama
72 jam, dikecambahkan dengan menggunakan metode
UKDP (Uji Kertas
digulung Plastik) masukan lagi ke
inkubator.
Hitung kecambah
normalnya pada hari
kesembilan. Uji penuaan
dipercepat ini untuk memprediksikan ketahanan daya simpan benih. Pada Tabel 2 terlihat
tidak ada interaksi antar perlakuan pemupukan fosfor dengan kultivar. Antar kultivar tidak menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata
sedangkan antar perlakuan pemupukan
fosfor meunjukkan pengaruh yang berbeda nyata.
Pemberian pupuk 150
kg ha-1 P205 (P3) dan 200 kg ha-1 P205 (P4) menunjukkan
perkecambahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pemupukan
lainnya. Pemupukan fosfor
mempengaruhi posfolipid yang
merupakan salah satu unsur untuk
menyusun membran sel dalam
benih sehingga akan mengurangi
terjadinya kebocoran benih . Copeland dan McDonald
(1985) menyatakan degradasi
membran terjadi pada benih yang mengalami
kemunduran. Tanpa pemupukan 0 kg ha-1 P205 (PI) menunjukkan persentase kecambah terkecil. Pada penuaan dipercepat tersebut
terjadi aktivitas enzirn yang menyebabkan
resfirasi tinggi sehingga
menghabiskan energi berupa
ATP yang cukup tinggi.
Indeks
vigor.
Uji vigor dilakukan
terhadap uji daya muncul kecambah,
uji penuaan dipercepat dan
indeks vigor pada Tabel 3, menunjukkan terjadi interaksi
antara dosis pupuk fosfor dengan berbagai
macam kultivar mentimun terhadap
indeks vigor kecambah. Pada perlakuan kultivar Pluto (Kl) terlihat pemupukan
150 kg ha-1 P205 (P3) dan 200
kg ha-1 P205 (P4) memberikan
hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Sedangkan diantara perlakuan kultivar Saturnus (K3) terlihat pemupukan 200
kg ha-1 P205 (P4)
memberikan hasil yang tertinggi dibanding dengan
perlakuan lainnya. Diduga
dengan pemberian pemupukan 200
kg ha-I P205
(P4) banyak memberikan pengaruh
terhadap kecepatan berkecambah
dari benih tersebut yang
mengakibatkan indek vigornya lebih tinggi.
Secara
umum diantara pemupukan fosfor terlihat
bahwa pemupukan 200 kg ha-1 P205 (P4)
memberikan indeks vigor yang tinggi
untuk semua kultivar
meskipun untuk kultivar LV
2276 (Ks) tidak
berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa pemupukan fosfor
yang mencukupi akan memberikan indeks
vigor yang tiggi. Copland dan McDonald
(1985) menyatakan bahwa aplikasi fosfor menghasilkan perkecambahan
yang lebih cepat dan meningkatkan indeks vigor kecambah. Di antara perlakuan pemupukan 200 kg ha-1
P205 (P4) kultivar Saturnus
(K3) memperlihatkan indeks vigor yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kultivar Mars (Kz), Venus dan LV 2276 (Ks).
Hal ini diduga karena kultivar Pluto
(KI) mempunyai ukuran benih
paling besar, sehingga mempunyai cadangan makanan yang
lebih banyak (Copeland dan
McDonald, 1985). Dari perlakuan tanpa
pemupukan fosfor (0 kg ha-1 P205) (PI) terlihat tidak
ada perbedaan yang nyata dalam indeks vigor.
Hal tersebut disebabkan
karena tanpa pemupukan fosfor tidak akan
mempengaruhi vigor masing-masing
kultivar.
0 Response to "PENGARUH DOSIS PUPUK FOSFOR TERHADAP KUALITAS DAN KUANTITAS BENIH ENAM KULTIVAR MENTIMUN ( CucumisSativus L.)"
Posting Komentar