Terdapat ratusan hormon
tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang, baik yang endogen
maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi dan
didasarkan terutama berdasarkan efek fisiologi yang sama, bukan semata
kemiripan struktur kimia.
Pada saat ini dikenal
lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu auksin (bahasa
Inggris: auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins,
GAs), etilena (etena, ETH),
dan asam absisat (abscisic acid, ABA). Tiga kelompok
yang pertama bersifat positif bagi pertumbuhan pada konsentrasi fisiologis,
etilena dapat mendukung maupun menghambat pertumbuhan, dan asam absisat
merupakan penghambat (inhibitor) pertumbuhan.
Selain kelima kelompok
itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai hormon tumbuhan
namun diketahui bekerja untuk
beberapa kelompok tumbuhan atau merupakan hormon sintetik, seperti brasinosteroid, asam
jasmonat, asam salisilat, dan poliamina. Beberapa senyawa
sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan).
AUKSIN
(all of these)
Auksin adalah zat yang
di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang berfungsi untuk
sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang
meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis
tanaman.nama lain dari hormon ini adalah IAA atau asam indol asetat. Letak dari
hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar.
Auksin dicirikan sebagai
substansi yang merangsang pembelokan ke arah cahaya (fotonasti) pada bioassay
terhadap koleoptil haver (Avena sativa)
pada suatu kisaran konsentrasi. Kebanyakan auksin alami memiliki gugus indol.
Auksin sintetik memiliki struktur yang berbeda-beda. Beberapa auksin alami
adalah asam indolasetat (IAA) dan asam indolbutirat (IBA).
Auksin sintetik (dibuat
oleh manusia) banyak macamnya, yang umum dikenal adalah asam naftalenasetat
(NAA), asam beta-naftoksiasetat (BNOA), asam 2,4-diklorofenoksiasetat (2,4-D),
dan asam 4-klorofenoksiasetat (4-CPA). 2,4-D juga dikenal sebagai herbisida
pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi.
Fungsi dari hormon
auksin ini dalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu
pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu
dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji
dalam buah. Kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon
giberelin.
Tumbuhan yang pada
salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat
karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak
disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin
tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut
cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme.
Untuk membedakan
tanaman yang memiliki hormon yang banyak atau sedikit kita harus mengetahui
bentuk anatomi dan fisiologi pada tanaman sehingga kita lebih mudah untuk
mengetahuinya. Sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang dan
gelap diantaranya untuk tanaman yang diletakkan di tempat yang gelap
pertumbuhan tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat
lemah dan cenderung warnanya pucat kekuningan. Hal ini disebabkan karena kerja
hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari.
Sedangkan untuk tanaman
yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih
lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan di tempat gelap, tetapi
tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini
disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari.
Cara kerja hormon
Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu protein tertentu yg
ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding
sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa
ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel
tumbuhan kemudian memanjang akibat air yg masuk secara osmosis.
Auksin merupakan salah
satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak proses fisiologi, seperti
pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein (Darnell,
dkk., 1986). Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu
tunas, daun muda dan buah) (Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas
dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah
hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom) atau jaringan
parenkhim (Rismunandar, 1988).
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril, TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril, TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk., 1991).
Auksin pertama kali
diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga yang tidak
aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam
Indolasetat) atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka
jalan untuk menciptakan jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2,4 - D
(asam-Nattalenasetat), Bonvel Da 2,4 - Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam
3,6 - Dikloro - O - anisat/dikambo), Amiben atau Kloramben (Asam 3 - amino 2,5
– diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam 4 – amino – 3, 5, 6 – trikloro –
pikonat).
Auksin sintetis ini
sudah digunakan secara luas dan komersil di bidang pertanian, dimana batang,
pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan memperlihatkan respon terhadap auksin, yaitu
peningkatan laju pertumbuhan terjadi pada konsentrasi yang optimal dan
penurunan pertumbuhan terjadi pada konstrasi yang terlalu rendah atau terlalu
tinggi.
Setelah pemanjangan
ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan
sitoplasma. Selain memacu peman-jangan sel, hormon Auksin yg di kombinasikan
dengan Giberelin dapat memacu pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong
pembelahan sel pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter
batang.
Beberapa
kejadian pada tanaman yang melibatkan auksin :
Tropisme
Tropisme adalah
pergerakan dalam pertumbuhan sel (umumnya pada sel
tumbuhan) yang menyebabkan pergerakan organ tumbuhan
utuh menuju atau menjauhi sumber rangsangan (stimulus). Apabila pergerakan
pertumbuhan menuju ke arah sumber rangsangan maka disebut tropisme positif,
sedangkan pergerakan pertumbuhan yang menjauhi sumber rangsangan disebut
tropisme negatif. Secara etimologis, tropisme berasal dari bahasa Yunani "tropos"
yang memiliki makan "berputar". Saat ini telah ditemukan beberapa
macam tropisme berdasarkan sumber stimulus atau
rangsangannya.
Fototropisme
Fototropisme adalah
pergerakan pertumbuhan tanaman yang dipengaruhi oleh rangsangan cahaya. Contoh
dari fototropisme adalah pertumbuhan koleoptil rumput menuju
arah datangnyacahaya. Koleoptil merupakan daun
pertama yang tumbuh dari tanaman monokotil yang
berfungsi sebagai pelindung lembaga yang baru tumbuh.
Beberapa hipotesis menyebutkan
bahwa hal ini dapat disebabkan
kecepatan pemanjangan sel-sel pada sisi batang yang lebih gelap lebih cepat
dibandingkan dengan sel-sel pada sisi lebih terang karena adanya
penyebaran auksin yang
tidak merata dari ujung tunas. Hipotesis lainnya menyatakan bahwa ujung tunas
merupakan fotoreseptor yang memicu
respons pertumbuhan. Fotoreseptor adalah
molekul pigmen yang
disebut kriptokrom dan sangat
sensitif terhadap cahaya biru. Namun, para ahli menyakini bahwa fototropisme
tidak hanya dipengaruhi oleh fotoreseptor, tetapi juga
dipengaruhi oleh berbagai macam hormon dan
jalur signaling.
Gravitropisme
Gravitropisme adalah
pertumbuhan sel-sel tanaman karena dipengaruhi oleh gravitasi. Bila
suatu benih diletakkan
dalam keadaan sembarang, maka tunas akan tumbuh membengkok ke atas dan akar akan tumbuh
ke bawah. Pertumbuhan akar merupakan gravitropisme positif, sedangkan
pertumbuhan tunas adalah
gravitropisme negatif. Gravitropisme ini akan berfungsi setelah terjadi
perkecambahan biji.
Tumbuhan dapat
membedakan arah atas dan bawah dengan pengendapan statolit. Statolit
adalah plastida khusus
yang mengandung butiran pati padat dan terletak pada posisi rendah, misalnya pada
bagian tudung akar. Adanya
penumpukan statolit pada akar dapat memicu distribusi kalsium dan auksin. Namun,
tanaman yang tidak memiliki statolit pun masih dapat mengalami gravitropisme
yang disebabkan kinerja sel akar yang dapat berfungsi sebagai indera dan
menginduksi perenggangan protein sel ke atas dan penekanan protein sel
tanaman ke sisi bawah akar.
Dominasi apikal
Di dalam pertumbuhan
tanaman yaitu adanya dominansi pertumbuhan dibagian apeks atau ujung organ,
yang disebut sebagian dominansi apikal. Dominansi apikal diartikan sebagai
persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan (Dahlia,
2001). Sedangkan menurut Chambell dominansi apikal merupakan konsentrasi
pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan, dimana kuncup terminal secara parsial
menghambat pertumbuhan kuncup aksilar hal pertumbuhan
(Dahlia, 2001). Sedangkan menurut Chambell dominansi apikal merupakan
konsentrasi pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan, dimana kuncup terminal
secara parsial menghambat pertumbuhan kuncup aksilar.
Dominansi apikal atau
dominanis pucuk biasanya menandai pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu
pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominansi apikal setidaknya berpengaruh
dalam menghambat pertumbuhan lateral. Selama masih ada tunas pucuk,
pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk
(Dahlai, 2001). Dominasi pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk
tanaman yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral.
Thimann dan Skoog
menunjukkan bahwa dominanis apikal disebabkan oleh auksin yang didifusikan
tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun di tunas lateral, hal ini akan
menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu
tinggi. Konsentrasi auksin yang tinggi ini akan menghambat pertumbuhan tunas
lateral yang dekat dengan pucuk (Dahlia, 2001). Auksin diproduksi secara
endogen pada bagian pucuk tanmana yang akan didistribusikan secara polar yang
mampu menghambat pertumbuhan tunas lateral.
Perkecambahan biji
Auksin akan mematahkan
dormasi biji (biji tidak mau berkecambah) dan akan merangsang proses
perkecambahan biji. Perendaman biji atau benih dengan auksin ini akan
membentu menaikkan kualitas hasil panen.mau berkecambah)
dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji atau benih
dengan auksin ini akan membentuk menaikkan kualitas hasil panen.
Pembentukan akar
Auksin akan memacu proses terbentuknya
akar serta pertumbuhan akar dengan lebih baik.
Pembungaan dan
Pembuahan
Auksin akan merangsang dan mempertinggi
prosentase timbulnya bunga dan buah.
Mendorong partenokarpi
Partenokarpi adalah suatu kondisi dimana
tanaman berbuah tanpa fertilisasi atau penyerbukan.
Mengurangi gugurnya
buah sebelum waktunya.
Mematahkan dominanis
pucuk atau apikal yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau
berkembang.
Pengaruh
auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman diduga melalui (Anonim, 2008):
- Mengiduksi sekresi ion H + keluar
sel melalui dinding sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K + diambil
dan pengambilan ini mengurangi potensial air dalam sel. Akibatnya air
masuk ke dalam sel dan sel membesar.
- Mempengaruhi metabolisme RNA yang berarti
metabolisme protein mungkin melalui trasnkripsi molekul RNA.
- Memacu terjadinya dominansi apikal.
- Dalam jumlah sedikit memacu pertumbuhan akar.
Hormon tumbuhan (both 1
and 3)
Hormon tumbuhan
(phytohormones) secara fisiologi adalah penyampai pesan antar sel yang
dibutuhkan untuk mengontrol seluruh daur hidup tumbuhan, diantaranya
perkecambahan, perakaran, pertumbuhan, pembungaan dan pembuahan. Sebagai
tambahan, hormon tumbuhan dihasilkan sebagai respon terhadap berbagai faktor
lingkungan kelebihan nutrisi, kondisi kekeringan, cahaya, suhu dan stress baik
secara kimia maupun fisik. Oleh karena itu ketersediaan hormon sangat
dipengaruhi oleh musim dan lingkungan.
Hormon tumbuhan adalah
sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang
terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat
kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu
mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan,
dan pergerakan (taksis)
tumbuhan.
Phototropin (all of
these)
Phototropin adalah protein fotoreseptor (khususnya, flavoproteins) yang
memediasi respon fototropisme pada tumbuhan tingkat tinggi. Seiring dengan kriptokrom dan
phytochromes mereka memungkinkan tanaman untuk merespon dan
mengubah pertumbuhan mereka dalam menanggapi lingkungan cahaya.
Phototropins yang autophosphorylating protein
kinase yang mengaktifkan sebagai respon terhadap cahaya biru. Ketika
cahaya biru mengenai phototropin protein dalam membran sel,
protein phototropin akan terungkap dan
menjalani fosforilasi yang dapat menyebabkan kaskade
kejadian dalam sel.
Phototropins adalah
bagian dari sistem sensorik phototropic pada
tanaman yang menyebabkan berbagai respon lingkungan tanaman.Phototropins khusus akanmenyebabkan batang menekuk menuju
cahaya, dan stomata untuk membuka. Juga phototropins yang
penting dalam gerakan kloroplas dalam sel.
Mereka
juga memediasiperubahan pertama dalam pemanjangan batang
dalam cahaya biru (sebelum kriptokrommenjadi aktif)
dan phototropin 1 juga diperlukan
untuk destabilisasi transkrip biru mudadimediasi mRNA tertentu
dalam sel.
Giberelin
Giberelin (GA)
merupakan hormon yang dapat ditemukan pada
hampir semua seluruh siklus hidup tanaman. Hormon ini mempengaruhi
perkecambahan biji, batang perpanjangan, induksi bunga, pengembangan anter,
perkembangan biji dan pertumbuhan pericarp. Selain itu, hormon ini juga
berperan dalam respon menanggapi rangsang dari melalui regulasi fisiologis berkaitan
dengan mekanisme biosntesis GA.
Giberelin pada tumbuhan
dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan
giberelin nonaktif. Giberelin yang aktif secara biologis (GA bioaktif)
mengontrol beragam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman, termasuk
perkecambahan biji, batang perpanjangan, perluasan daun, dan bunga dan
pengembangan benih. Hingga tahun 2008 terdapat lebih lebih dari seratus GA
telah diidentifikasi dari tanaman dan hanya sejumlah kecil dari mereka, seperti
GA1 dan GA4, diperkirakan berfungsi sebagai bioaktif hormon.
Giberelin pertama kali
dikenal pada tahun 1926 oleh seorang ilmuwan Jepang, Eiichi Kurosawa, yang
meneliti tentang penyakit padi "bakanae". Hormon ini pertama kali
diisolasi pada tahun 1935 oleh Teijiro Yabuta, dari strain jamur (Gibberella
fujikuroi). oleh Kurosawa Yabuta disebut isolat giberelin.
Beberapa
fungsi giberelin pada tumbuhan sebagai berikut :
1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel..
1. Mematahkan dormansi atau hambatan pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh normal (tidak kerdil) dengan cara mempercepat proses pembelahan sel..
2. Meningkatkan pembungaan.
3. Memacu proses perkecambahan biji. Salah satu
efek giberelin adalah mendorong terjadinya sintesis enzim dalam biji seperti
amilase, protease dan lipase dimana enzim tersebut akan merombak dinding sel
endosperm biji dan menghidrolisis pati dan protein yang akan memberikan energi
bagi perkembangan embrio diantaranya adalah radikula yang akan mendobrak
endosperm, kulit biji atau kulit buah yang membatasi pertumbuhan/perkecambahan
biji sehingga biji berkecambah
4. Berperan pada
pemanjangan sel.
Peran
giberelin pada pemanjangan sel melalui :
A. Peningkatan kadar auxin :
- Giberelin akan memacu pembentukan enzim yang
melunakkan dinding sel terutama enzim proteolitik yang akan melepaskan amino
triptofan (prekusor/pembentuk auksin) sehingga kadar auxin meningkat.
- Giberelin merangsang pembentukkan polihidroksi
asam sinamat yaitu senyawa yang menghambat kerja dari enzim IAA oksidase dimana
enzim ini merupakan enzim perusak Auxin.
B. Giberelin
merangsang terbentuknya enzim a-amilase dimana enzim ini akan menghidrolisis
pati sehingga kadar gula dalam sel akan naik yang akan menyebabkan air lebih
banyak lagi masuk ke sel sehingga sel memanjang.
5. Berperan pada proses partenokarpi,
pada beberapa kasus pembentukan buah dapat terjadi tanpa adanya fertilisasi
atau pembuahan, proses ini dinamai partenokarpi.
Hormon ABA (Asam
absisat)
Semua jaringan tanaman
terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf
0.9. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B–kompleks. Senyawa
ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi dan absisi. Beberapa
peneliti akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat
(ABA). Peneliti tersebut yaitu Addicott et al dari California USA
pada tahun 1967 pada tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada
tanaman lupin (Wattimena 1992).
Menurut Salisbury dan
Ross (1995) zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di dalam tanaman
disebut juga hormon tanaman. Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon
stress diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan
rawan diantaranya yaitu ABA. Keadaan rawan tersebut antara lain kurang
air, tanah bergaram, dan suhu dingin atau panas. ABA membantu tanaman
mengatasi dari keadaan rawan tersebut.
ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui lintasan asam mevalonat (Salisbury dan Ross 1995).
ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui lintasan asam mevalonat (Salisbury dan Ross 1995).
Reaksi awal sintesis
ABA sama dengan reaksi sintesis isoprenoid seperti gibberelin sterol dan
karotenoid. Menurut Crellman (1989) biosintesis ABA pada sebagian
besar tumbuhan terjadi secara tak langsung melalui peruraian karotenoid
tertentu (40 karbon) yang ada di plastid. ABA pergerakannya dalam tumbuhan
sama dengan pergerakan gibberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui
xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh.
Asam absisat berperan
penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji. Dalam
keadaan dorman atau
"istirahat", tidak terjadi pertumbuhan dan
aktivitas fisiologis berhenti sementara. Proses dormansi biji
ini penting untuk menjaga agar biji tidak berkecambah sebelum waktu yang tidak
dikehendaki. Hal ini
terutama sangat dibutuhkan pada tumbuhan
tahunan dan tumbuhan dwimusim yang
bijinya memerlukan cadangan makanan dimusim
dingin ataupun musim panas panjang.
Tumbuhan menghasilkan ABA untuk maturasi biji dan menjaga
biji agar berkecambah di musim yang diinginkan.
ABA juga sangat penting
untuk menghadapi kondisi cekaman lingkungan, seperti kekeringan.
Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun dengan
menurunkan tekanan osmotik dalam
sel dan menyebabkan turgor sel.
Akibatnya, kehilangan cairan tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui
stomata dapat dicegah.
ABA juga mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin. Selain
itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar. Selain
untuk menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan
dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang
tinggi.
Peningkatan konsentrasi
ABA pada daun dapat
diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar. Dalam menghadapi musim
dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder. Hormon yang
dihasilkan pada tunas terminal
ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi
sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim
dingin.. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.
Biosintesis ABA dapat
terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan karotenoid,
suatu pigmen yang
dihasilkan oleh kloroplas. Ada dua jalur metabolisme yang
dapat ditempuh untuk menghasilkan ABA, yaitu jalur asam mevalonat (MVA)
dan jalur metileritritol fosfat (MEP).
Secara tidak langsung, ABA dihasilkan dari oksidasi senyawa violaxanthonin menjadixanthonin yang akan
dikonversi menjadi ABA. Sedangkan pada beberapa jenis cendawan patogenik,
ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid C15,
yaitu farnesil difosfat.
Ethylene
Ethylene merupakan
senyawa unik dan hanya dijumpai dalam bentuk gas. senyawa ini memaksa
pematangan buah, menyebabkan daun tanggal dan merangsang penuaan. Tanaman
sering meningkatkan produksi ethylene sebagai respon terhadap stress dan
sebelum mati. Konsentrasi Ethylene fluktuasi terhadap musim untuk mengatur
kapan waktu menumbuhkan daun dan kapan mematangkan buah.
Zat pengatur tumbuh ini
adalah satu-satunya yang hanya terdiri dari satu substansi saja, yaitu etena, dan
berwujud gas pada
suhu dan tekanan ruangan (ambien). Peran senyawa ini sebagai perangsang
pemasakan buah telah diketahui sejak lama meskipun orang hanya tahu dari
praktek tanpa mengetahui penyebabnya. Pemeraman merupakan
tindakan menaikkan konsentrasi etilena di sekitar jaringan buah untuk
mempercepat pemasakan buah. Pengarbitan adalah
tindakan pembentukan asetilena (etuna atau gas karbid); yang di udara sebagian
akan tereduksi oleh gas hidrogen menjadi
etilena.
Tigmotropisme
Tigmotropisme adalah
pergerakan pertumbuhan sel tanaman yang dirangsang oleh sentuhan. Kata ini berasal
dari bahasa Yunani "thigma"
yang berarti "sentuhan". Contoh dari tigmotropisme adalah
pertumbuhan tanaman sulur seperti anggur dan
tanaman yang pertumbuhannya merambat dan memiliki sulur yang membelit bagian
penopangnya. Sulur tanaman akan tumbuh lurus
hingga menyentuh sesuatu. Adanya kontak sulur tersebut merangsang sulur untuk
tumbuh melilit karena terjadi perbedaan kecepatan pertumbuhan karena sel-sel
yang terkena sentuhan akan memproduksi auksin dan pertumbuhannya menjadi lebih
cepat hingga membengkok dan melilit sumber sentuhan.
Contoh lainnya adalah
sentuhan angin kencang pada tebing bukit membuat pohon-pohon yang tumbuh di
sekitarnya memiliki batang yang lebih pendek dan gemuk apabila dibandingakan
dengan pohon yang sama pada daerah yang terlindungi dari angin kencang. Respon
perkembangan tumbuhan terhadap gangguan mekanis ini biasa disebut tigmomorfogenesis dan
umumnya disebabkan peningkatan produksi etilen. Gas etilen ini
merupakan hormon yang
dibentuk sebagai respons terhadap rangsangan sentuhan yang hebat.
Brassinosteroids (BRS)
Brassinosteroids (BRS)
adalah kelas polyhydroxysteroids yang telah diakui sebagai kelas keenam hormon
tanaman. Ini pertama kali dieksplorasi hampir empat puluh tahun lalu
ketika Mitchell et al. dilaporkan promosi di pemanjangan batang dan
pembelahan sel oleh perlakuan ekstrak organik dari rapeseed (Brassica napus)
serbuk sari. Brassinolide adalah brassinosteroid diisolasi pertama pada tahun
1979 ketika ditunjukkan bahwa serbuk sari dari Brassica napus bisa
mempromosikan pemanjangan batang dan pembelahan sel, dan molekul biologis
aktif diisolasi.
Hasil dari
brassinosteroids dari 230 kg serbuk sari Brassica napus hanya 10 mg. Sejak
penemuan mereka, lebih dari 70 BR senyawa telah diisolasi dari tanaman.
BR adalah biosynthesised dari campesterol. Jalur biosintesis ini dijelaskan oleh peneliti Jepang dan kemudian terbukti benar melalui analisis mutan biosintesis BR di Arabidopsis thaliana, tomat, dan kacang polong. Situs untuk sintesis BR pada tanaman belum eksperimental menunjukkan. Salah satu hipotesis didukung dengan baik adalah bahwa semua jaringan menghasilkan BRS, karena BR biosintesis dan gen sinyal transduksi yang dinyatakan dalam berbagai organ tanaman, dan aktivitas jarak pendek dari hormon juga mendukung ini. Percobaan telah menunjukkan bahwa transportasi jarak jauh adalah mungkin dan aliran yang ada di arah acropetal, tetapi tidak diketahui apakah gerakan ini secara biologis relevan.
BR adalah biosynthesised dari campesterol. Jalur biosintesis ini dijelaskan oleh peneliti Jepang dan kemudian terbukti benar melalui analisis mutan biosintesis BR di Arabidopsis thaliana, tomat, dan kacang polong. Situs untuk sintesis BR pada tanaman belum eksperimental menunjukkan. Salah satu hipotesis didukung dengan baik adalah bahwa semua jaringan menghasilkan BRS, karena BR biosintesis dan gen sinyal transduksi yang dinyatakan dalam berbagai organ tanaman, dan aktivitas jarak pendek dari hormon juga mendukung ini. Percobaan telah menunjukkan bahwa transportasi jarak jauh adalah mungkin dan aliran yang ada di arah acropetal, tetapi tidak diketahui apakah gerakan ini secara biologis relevan.
Brassinosteroids diakui
pada membran sel, meskipun mereka membran-larut. BRS telah terbukti terlibat
dalam berbagai proses pabrik: Promosi ekspansi sel dan pemanjangan sel; bekerja
dengan auksin untuk melakukannya. Ini memiliki peran yang jelas dalam
pembelahan sel dan regenerasi dinding sel. Promosi diferensiasi vaskular; BR
transduksi sinyal telah dipelajari selama diferensiasi vascular.
Diperlukan untuk
perpanjangan serbuk sari untuk pembentukan tabung polen.
Percepatan penuaan pada sel-sel mati jaringan berbudaya; penuaan tertunda di BR mutan mendukung bahwa tindakan ini mungkin relevan secara biologis.
Dapat memberikan perlindungan untuk tanaman selama stres dingin dan kekeringan.
Ekstrak dari tanaman Lychnis viscaria mengandung jumlah yang relatif tinggi Brassinosteroids. Lychnis viscaria dikatakan [oleh siapa?] Untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit tanaman sekitarnya. Di Jerman, ekstrak dari tanaman diperbolehkan untuk digunakan sebagai "substansi memperkuat tanaman." 24-Epibrassinolide (EBL), sebuah brassinosteroid terisolasi dari Aegle marmelos Correa (Rutaceae), selanjutnya dievaluasi untuk antigenotoxicity terhadap maleat hydrazide (MH)-diinduksi genotoxicity dalam uji aberasi kromosom Allium cepat.
Percepatan penuaan pada sel-sel mati jaringan berbudaya; penuaan tertunda di BR mutan mendukung bahwa tindakan ini mungkin relevan secara biologis.
Dapat memberikan perlindungan untuk tanaman selama stres dingin dan kekeringan.
Ekstrak dari tanaman Lychnis viscaria mengandung jumlah yang relatif tinggi Brassinosteroids. Lychnis viscaria dikatakan [oleh siapa?] Untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit tanaman sekitarnya. Di Jerman, ekstrak dari tanaman diperbolehkan untuk digunakan sebagai "substansi memperkuat tanaman." 24-Epibrassinolide (EBL), sebuah brassinosteroid terisolasi dari Aegle marmelos Correa (Rutaceae), selanjutnya dievaluasi untuk antigenotoxicity terhadap maleat hydrazide (MH)-diinduksi genotoxicity dalam uji aberasi kromosom Allium cepat.
Hal ini menunjukkan
bahwa persentase penyimpangan kromosom yang diinduksi oleh maleat hydrazide
(0,01%) menurun secara signifikan dengan pengobatan 24-epibrassinolide. BRS telah
dilaporkan untuk melawan stres baik abiotik dan biotik pada tanaman. Penerapan
brassinosteroids untuk mentimun ditunjukkan untuk meningkatkan metabolisme dan
penghapusan pestisida, yang dapat bermanfaat untuk mengurangi konsumsi manusia
residu pestisida dari non -organik tumbuh sayuran.
0 Response to "HORMON TUMBUHAN"
Posting Komentar