Alexa Rank

PRODUKSI BENIH KEDELAI


                                                                                                                                I.          PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Kedelai (Glycine Max (L.) Merrill) merupakan tanaman kacang-kacangan utama di Indonesia. Dewasa ini kedelai banyak digunakan sebagai bahan makanan seperti tempe, tahu, tauco, susu kedelai maupun sebagai bahan pakanan ternak berupa bukil kedelai. Sebagai bahan makanan kedelai mengandung nilai gizi yang lebih tinggi bila dibadingkan dengan jenis kacang-kacangan yang lainnya; Kedelai mengandung 34,9 persen protein, 18,1 persen lemak dan 34,8 persen kabohidrat (Rusdi, 1986).
Luas pertanaman kedelai di Indonesia tiap tahunnya sekitar 750.000 hektar, sedangkan daerah sentra produksi kedelai di Indonesia adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Nusa Tenggara Barat dan Bali. Pada tahun 1973 Indonesia kelebihan produksi kedelai sebesar 36.000 ton, tetapi 10 tahun kemudian berbalik menjadi impor sebesar 500.000 ton. Rata-rata hasil kedelai di Indonesia pada tahun 1981 sebesar 800 kg per hektar (Rusdi, 1986).
Angka ini sangat rendah bila dibandingkan dengan Negara-negara penghasil kedelai seperti Amerika serikat, Brazil, Jepang atau Taiwan yang dapat menghasilkan sekitar 1.800 sampai dengan 2000 kg per hektar. Perbedaan hasil yang sangat mencolok ini disebabkan selain oleh faktor alam dan teknologi yang tidak sama seperti kekeringan, banjir, serangan hama dan penyakit dan persaingan dengan gulma, juga disebabkan karena pandangan petani di Indonesia bahwa kedelai hanya merupakan tanaman sampingan, sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat teknologi budidaya kedelai. Disamping itu kendala lain tidak kalah penting adalah penggunaan benih bermutu dari varietas unggul yang belum optimal (Maksum, 2006).
Benih bermutu tinggi dari suatu varietas unggul yang hendak ditanam merupakan salah satu faktor produksi yang penting untuk memperoleh tingkat produksi yang diharapkan. Mutu benih ditentukan oleh aspek genetis, fisiologis dan fisik. Secara genetis, benih harus memiliki sifat-sifat sesuai dengan deskripsi varietas yang bersangkutan.
Untuk mendapatkan mutu fisiologis dan fisik yang tinggi diperlukan penanganan pra dan pasca panen yang baik, meliputi : teknik bercocok tanam, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma, waktu panen, cara panen, prosesing dan penyimpanan benih. Untuk memproduksi benih kedelai yang baik, diperlukan pengetahuan praktis tentang penanganan benih seperti aspek-aspek diatas serta pemahaman terhadap peraturan perbenihan.
B.     Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui proses produksi benih kedelai.



                                                                                                                                        II.            TINJAUAN PUSTAKA


Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
Klasifikasi
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo                : Fabales
Famili              : Fabaceae (suku polong-polongan)
 Genus             : Glycine
Spesies            : Glycine max (L.) Merr.
Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan Indonesia.
Beberapa kultivar kedelai putih budidaya di Indonesia, di antaranya adalah 'Ringgit', 'Orba', 'Lokon', 'Darros', dan 'Wilis'. "Edamame" adalah sejenis kedelai berbiji besar berwarna hijau yang belum lama dikenal di Indonesia dan berasal dari Jepang.
Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium.
A.    Biji
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperma. Embrio terletak di antara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.
B.     Kecambah
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge).
C.     Perakaran
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3).
D.    Batang
Kedelai berbatang memiliki tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate).
Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya.
E.     Bunga
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.
F.      Buah
Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.
G.    Daun
Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.

 III.          PROSES PRODUKSI BENIH

A.    SYARAT BENIH BERMUTU
Ø  Murni dan diketahui nama varietasnya.
Ø  Daya tumbuh tinggi (minimal 80%), serta vigornya baik.
Ø  Biji sehat, bernas, mengkilat, tidak keriput dan dipanen dari tanaman yang telah matang, tidak terinfeksi cendawan, bakteri atau virus.
Ø  Bersih, tidak tercampur biji tanaman lain atau biji rerumputan.
B.     PEMILIHAN LOKASI
Ø  Lahan sawah atau lahan kering (tegalan), bekas padi atau palawija (bukan kedelai), lahan bersih dan bebas dari varietas lain.
Ø  Tanah subur dan tersedia air.
Ø  Drainase baik, tidak mudah tergenang.
Ø  Ketinggian tempat < 700 m (10 – 600 m dpl)
Ø  Pemilihan lahan sesuai dan disetujui oleh BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih).
Ø  Sarana dan prasarana baik.
C.  PENYIAPAN LAHAN
Penanaman kedelai pada tanah bekas pertanaman padi tidak memerlukan pengolahan tanah (tanpa olah tanah). Apabila menggunakan lahan tegal, pengolahan tanah dilakukan secara intensif, dua kali dibajak kemudian diratakan. Buatkan saluran untuk setiap lebar bedengan 4 – 5 m dengan kedalaman 25 - 30 cm dan lebar 30 cm. Saluran berfungsi untuk mengurangi kelebihan air dipetakan dan sebagai saluran irigasi untuk memboyor (leb) apabila tanaman kekeringan. Pada saat ini tersedia sejumlah varietas kedelai unggul untuk lahan sawah dan lahan kering. Beberapa varietas kedelai yang adaptif untuk lahan sawah antara lain Argomulyo, Burangrang, Kabu, Anjasmoro, Panderman, Baluram, Burangrang, sedangkan varietas kedelai yang adaptif untuk lahan kering adalah Sindoro, Tanggamus, Sibayak, Seulawah, Ratai. Kebutuhan benih untuk setiap hektar yaitu 40-50 kg.
Pada lahan sawah yang sudah kering/lahan kering. Dibajak dua kali, digaru dan diratakan. Dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman. Bedengan dibuat 2-3 m, dengan kedalaman dan lebar saluran 25 cm.
C.  PENYIAPAN BENIH
Benih yang akan ditanam, dicampur dengan Marshal 25 ST dengan takaran 15 gram per kg benih.
D.  PENANAMAN
Penanaman benih baik di lahan sawah maupun di lahan kering dianjurkan secara tugal. Kedalaman lubang 3-5 cm, ditanam 2 biji/lubang. Di Iahan sawah bekas panen padi (tanpa pengolahan tanah) penugalan dapat dilakukan di samping atau di tengah tunggul jerami padi mengikuti jarak tanam padi. Lubang tugal ditutup dengan tanah halus atau abu jerami. Jarak tanam anjuran yaitu 40 x 15 cm atau 50 x 10 cm (2 biji/lubang) dengan populasi 300.000-400.000 tanaman/ha.
E.     PEMUPUKAN
Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 0-7 HST (hari setelah tanam). Dengan takaran pupuk : 50 kg Urea, 100 kg SP-36, 50 kg KCI per hektar. Pupuk kandang diberikan saat pengolahan tanah terakhir.dosis pupuk kandang 10ton per hektar diberikan 1 minggu sebelum tanam Penempatan pupuk dengan cara tugal, garit atau larikan dengan jarak 5 cm dari lubang tanam dengan kedalaman 5-7 cm.
F.     PENYIANGAN
Penyiangan dapat dilakukan 2 atau 3 kali selama pertumbuhan tanaman. Penyiangan I, saat tanaman berumur 15 HST; ke II, umur 40-45 HST. Cara penyiangan dengan menggunakan kored atau pacul kemudian tanah ditimbun/ dibumbun ke barisan tanaman.
G.    PENGENDALIAN HAMA
Apabila mulai terdapat gangguan hama segera dilakukan pengendalian dan jangan sampai terlambat secara mekanis atau kimiawi. Beberapa insektisida yang dapat dipergunakan dalam pengendalian hama diantaranya : Marshal, Decis, Atabron, Ambush, Fostac, Regent, Azodrin dengan dosis atau takaran sesuai dengan petunjuk di label. Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore hari dan mengenai semua bagian tanaman. Arah penyemprotan jangan berlawanan dengan arah angin/memotong arah angin.
H.  PENGENDALIAN PENYAKIT
Penyakit tanaman yang sering menyerang adalah penyakit virus dan karat daun. Tanaman yang terserang penyakit virus (kerdil, daun keriting, daun belang-belang, polong tidak berkembang) harus dicabut dan dibakar. Tanaman yang terserang penyakit karat daun dengan gejala bercak-bercak berwarna coklat dengan intensitas serangan 33% disemprot dengan fungisida Triadimefon, Dithane M-45, Mancozeb sesuai petunjuk dalam obat.
Penyakit utama pada kedelai adalah karat daun Phakopsora Pachyrizi, busuk batang, dan akar Schlerotium rolfsii dan berbagai penyakit yang disebabkan virus.  Pengendalian penyakit karat daun dengan fungisida Mancozeb. Pengendalian virus dilakukan dengan mengendalikan vektornya yaitu serangga hama kutu dengan insektisida decis. Waktu pengendalian adalah pada saat tanaman berumur 14, 28 dan 42 hari atau menyemprot berdasarkan populasi hama/vektor.
I.     PENGAIRAN
Pengairan diperlukan bila kondisi tanah sudah mulai kering. Fase pertumbuhan yang sangat peka terhadap kekurangan air yaitu fase vegetatif (umur 15-21 hari), saat berbunga (25-35 hari) dan saat pengisian polong (umur 55-70 hari). Pada fase-fase tersebut tanaman harus cukup air.
J.    SELEKSI (ROGUING)
Pada pertanaman untuk benih, pemeliharaan untuk genetik dilakukan dari tanaman ke tanaman, yaitu dengan cara membuang tanaman campuran atau yang menyimpang. Terdapat tiga fase untuk memurnikan atau membuang tanaman yang menyimpang, yaitu:
Ø Fase tanaman muda (Juvenil)
     Pemurnian pada fase ini dapat dilakukan pada umur 15-20 hst. Karakter yang diamati yaitu warna hipokotil. Kedelai mempunyai hipokotil hijau dan ungu. Kedelai yang mempunyai warna hipokotil hijau akan mempunyai warna bunga putih, sedangkan warna hipokotil ungu, bunganya akan berwarna ungu.
Ø Fase berbunga
     Pada fase ini pemurnian dapat dilakukan terhadap:
·      Warna bunga : warna putih dan ungu
·      Saat berbunga : Apabila terdapat tanaman yang berbunga lebih cepat atau lebih lambat harus dibuang; Warna dan kerapatan bulu pada tangkai daun; Posisi dan bentuk daun.
Ø Fase masak fisiologis
Hal-hal yang perlu diamati pada fase ini adalah:
·      Keragaan tanaman secara keseluruhan, yaitu posisi daun dan polong;
·      Warna bulu pada kedelai, ada yang putih dan cokelat;
·      Kerapatan dan warna bulu pada batang dan polong.
Ø Umur polong masak
     Tanaman yang waktu polong masaknya terlalu menyimpang, terlalu cepat atau terlalu lambat dibandingkan dengan tanaman yang lain harus dicabut.
K.    PANEN
Panen hendaknya dilakukan pada saat mutu benih mencapai maksimal, yang ditandai dengan ± 95% polong telah berwarna cokelat atau kehitaman dan daun pada tanaman sudah rontok. Panen dilakukan dengan cara memotong pangkal batang. Brangkasan kedelai hasil panen langsung dikeringkan/dijemur. Pengeringan dilakukan hingga kadar air benih ± 14%
L.     PERONTOKAN
Brangkasan kedelai yang telah kering (kadar air 14%) secepatnya dirontokkan dengan cara manual (geblok) atau dengan threser. Perontokan perlu dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari benih pecah atau retak.
M.   PEMBERSIHAN DAN SORTASI
Benih hasil perontokan perlu dibersihkan dari kotoran dengan cara ditampi atau dengan blower. Untuk mendapatkan ukuran benih yang seragam, sortasi perlu dilakukan dengan cara memisahkan biji yang berukuran kecil dan tidak dimasukkan ke dalam kelompok (lot) benih dan membuang biji tipe yang menyimpang.
N.    PENGERINGAN
Benih yang sudah bersih dan seragam ukurannya segera dikeringkan hingga kadar air mencapai 9-10%
O.    PENGEMASAN
Benih dikemas dengan menggunakan bahan pengemas kedap udara seperti kantong plastik ukuran 5 kg dengan ketebalan 0,08mm atau menggunakan blek/kaleng tertutup rapat dengan kapasitas 10-15kg.
P.     PENYIMPANAN
Benih yang sudah dikemas dapat disimpan di dalam ruangan beralas kayu atau pada rak-rak kayu agar kemasan tidak bersinggungan langsung dengan lantai/tanah. Benih dalam penyimpanan harus terhindar dari serangan tikus atau hewan pengganggu lain yang dapat merusak kemasan.

0 Response to "PRODUKSI BENIH KEDELAI"

Posting Komentar

wdcfawqafwef