Saat ini banyak sekali jenis usaha yang masih
memiliki prospek yang cerah, salah satunya ialah budidaya jamur. Budidaya jamur
belakangan ini semakin digemari karena permintaan akan jamur semakin meningkat
sedangkan penawarannya masih terbatas.
Permintaan akan jamur yang semakin meningkat
karena jamur memang memiliki berbagai manfaat yang sangat baik bagi kesehatan
manusia. Telah diketahui secara luas bahwa jamur-jamur yang dapat dimakan
memiliki kandungan gizi yang sangat lengkap bahkan bisa melebihi kandungan gizi
yang ada pada daging. Oleh karena itu jamur sering digunakan sebagai bahan
makanan pengganti daging bagi vegetarian.
Jamur mempunyai nilai gizi tinggi terutama
kandungan proteinnya (15-20 persen berat keringnya). Daya cernanya pun tinggi
(34-89 persen). Sifat nutrisi (kelengkapan asam amino)yang dimiliki oleh jamur
lebih menentukan mutu gizinya. Jamur segar umumnya mengandung 85-89 persen air.
Kandungan lemak cukup rendah antara 1,08-9,4 persen (berat kering) terdiri dari
asam lemak bebas mono ditriglieserida, sterol, dan phoshpolipida.
Karbohidrat terbesar dalam bentuk heksosan dan
pentosan polimer karbohidrat dapat berupa glikogen, khitin dan sebuah polimer
N-asetil glikosamin yang merupakan komponen struktural sel jamur. Khitin
merupakan unsur utama serat jamur titam putih.
Jamur juga merupakan sumber vitamin antara lain
thiamin, niacin, biotin dan asam askorbat. Vitamin A dan D jarang ditemukan
pada jamur, namun dalam jamur tiram putih terdapat ergosterol yang merupakan
prekursor vitamin D. Jamur umumnya kaya akan mineral terutama phosphor, mineral
lain yang dikandung di antaranya kalsium dan zat besi.
Salah satu contoh yang melakukan usaha budidaya
jamur mulai dari hulu hingga ke hilir ialah Jejamuran yang terletak di Niron,
Pandowoharjo, Sleman, Yogyakarta. Menurut pak Ratijdo, pemilik
Jejamuran. Jejamuran resto merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendukung
usaha pembibitan jamur yang terlebih dahulu dikembangkan sejak tahun 1997.
Karenanya di areal sisi belakang resto terdapat contoh jenis-jenis jamur dalam
baglog-baglog media tumbuh jamur yang sengaja ditata untuk bisa dilihat
pengunjung dimana biasanya dijaga petugas yang siap memberikan penjelasan jika
kita ada pertanyaan seputar jamur.
Di Jejamuran tidak hanya menyediakan berbagai
menu masakan yang berbahan baku jamur tapi juga memiliki usaha pembibitan dan
penanaman jamur juga. Pengunjung yang datang tidak hanya bisa menikmati aneka
masakan dan minuman dari bahan baku jamur tetapi juga bisa melihat budidaya dan
pembibitan jamur di dalam resto tersebut. Jenis-jenis jamur yang dibudidayakan dan
diolah menjadi aneka makanan dan minuman
antara lain jamur tiram, jamur merang, jamur kuping, jamur kancing, dll.
Pembibitan
Jejamuran memiliki usaha pembibitan yang cukup
besar. Setiap 3 hari sekali bisa menghabiskan skeitar 5 kw baha baku berupa
gabah, serbuk kayu, jagung, dll. Proses awal pembibitan dimulai dengan pencucian
dan perebusan bahan baku selama 30 menit menggunakan pressure cooker atau
panci. Lalu mencampurkan media tanam seperti serbuk kayu, gabah (kulit padi),
dan berbagai macamnya dengan bibit jamur itu sendiri, kemudian bibit-bibit itu
disimpan dalam pak – pak plastik yang diberi penutup. Media yang telah di
fermentasi dimasukkan de dalam wadah plastik sambil dipadatkan. Selanjutnya
dilakukan pengepressan agar kepadatan maksimal.
Media yang tadi telah dipres, dipasangkan cincin
dan ditusuk menggunakan kayu yang nantinya berfungsi sebagai tempat bibit jamur
yang akan ditanam. Kemudian setelah itu dipasangkan kapas dan ditutup. Fungsi
tutup agar pada saat pengovenan atau proses sterilisasi, kapas tidak basah oleh
uap air. Dan setelah itu media siap disterilkan.
Media dimasukkan ke dalam krat yang telah
disediakan, dan disusun di dalam ruang oven. DI Jejamuran menggunakan ruang
oven seluas sekitar 9 m2. Setelah ruang oven penuh, pintu ditutup
rapat agar tidak terjadi kebocoran. Kemudian api dinyalakan di bawah ketel uap,
biarkan menyala terus sampai suhu di dalam oven mencapai 95ÂșC atau minimal
waktu pengovenan 8 jam. Setelah suhu yang dibutuhkan tercapai, biarkan oven
tetap tertutup selama 12 jam.
Lalu siapkan botol bibit F3 jamur dan peralatan
pengduk bibit, lalu disterilkan menggunakan alkohol dan dibakar. Kemudian media
jamur yang ada di dalam oven dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam ruangan
inokulasi atau pembibitan. Setelah selesai, ruangan disterilkan. Sementara itu
tangan dan pakaian petugas pembibit juga disterilkan dengan alkohol.
Bibit F3 jamur yang berada di dalam botol
diaduk menggunakan alat pengaduk. Kemudian kapas media jamur dibuka selanjutnya
bibit F3 dituang ke dalam media sampai penuh, diguncang dan langsung ditutup
kembali. Pembibitan telah selesai dilakukan. Dan kemudian media dipindah ke
ruang inkubasi.
Di Jejamuran terdapat laboratorium pembibitan
yang letaknya satu kompleks dengan
restonya. Bibit yang siap pakai dapat digunakan untuk sekitar 30 baglog (jamur
tiram). Bibit dijual dengan harga Rp 3000,00 per botolnya. Menurut pernyataan
salah satu pegawai disana, pemesanan bibit saat ini sudah merambah ke luar
Jawa, seperti Kalimantan dan Sulawesi. Jadi bisnis ini masih sangat bagus
prospek kedepannya.
Kendala yang sering ditemui pada saat pembibitan
jamur ialah keterbatasan alat dan keahlian dalam membuat bibit jamur. Biasanya
yang menjadi produsen bibit jamur ialah kalangan akademisi yang memiliki
pengetahuan “lebih” dibandingkan masyarakat umum, karena untuk menjadi produsen
bibit jamur merupakan hal yang tidak mudah. Proses produksi bibit jamur
memerlukan keahlian lebih. Selain itu proses pembibitan juga memerlukan alat
yang cukup mahal yaitu autoklaf dan memerlukan laboratorium khusus sebagai
tempat inkubasi bibit.
Apabila pembibitan dilakukan dengan
asal-asalan, asal jadi, maka kualitas bibitnya tidak akan bagus dan akan kalah
bersaing dengan produsen bibit yang lain. Hal inilah yang menjadi kendala bagi
masyarakat untuk mencoba membibitkan jamurnya sendiri. Mereka takut gagal
karena mereka pikir porses pembibitan merupakan proses yang rumit dan
memerlukan modal yang besar. Padahal dengan sedikit kemauan belajar dan
kreatifitas maka mereka juga bisa melakukan pembibitan jamur sendiri.
Beberapa jenis jamur yang sering dibudidayakan
dan diolah menjadi makanan antara lain : jamur tiram, jamur kuping, jamur
merang, jamur kancing, dll.
Budidaya jamur tiram memiliki beberapa
keunggulan dan kemudahan dalam proses budidayanya sehingga dapat dikelola
sebagai usaha sampingan ataupun usaha ekonomis skala kecil, menengah dan besar
(Industri).
Hal lain yang penting adalah menjaga lingkungan
pertumbuhan jamur tiram terbebas dari mikroba atau tumbuhan pengganggu lainnya.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk
melakukan budidaya jamur tiram ini, tahapan pemeliharaan atau penanaman jamur
tiram meliputi persiapan sarana produksi dan tahapan budidaya jamur tiram.
Tahapan ini merupakan proses budidaya jamur tiram dari mulai pembuatan media
sampai proses pemanenan jamur tiram.
Ruangan Budidaya Jamur Tiram
Pada dasarnya bangunan bisa memanfaatkan ruangan yang ada dalam rumah,
biasanya bangunan untuk budidaya Jamur Tiram bangunan jamur terdiri dari
beberapa ruangan, diantaranya:
1.
Ruang persiapan
Ruang
persiapan adalah ruangan yang berfungsi untuk melakukan kegiatan Pengayakan,
Pencampuran, Pewadahan, dan Sterilisasi.
2.
Ruang Inokulasi
Ruang
Inokulasi adalah ruangan yang berfungsi untuk menanam bibit pada media tanam,
ruang ini harus mudah dibersihkan, tidak banyak ventilasi untuk menghindari
kontaminasi (adanya mikroba lain).
3.
Ruang Inkubasi
Ruangan
ini memiliki fungsi untuk menumbuhkan miselium jamur pada media tanam yang
sudah di inokulasi (Spawning). Kondisi ruangan diatur pada suhu 22 – 28 derajat
dengan kelembaban 60% – 80%. Ruangan ini dilengkapi dengan rak-rak bambu untuk
menempatkan media tanam dalam kantong plastic (baglog) yang sudah di inokulasi.
4.
Ruang Penanaman
Ruang penanaman (growing) digunakan untuk menumbuhkan tubuh buah jamur.
Ruangan ini dilengkapi juga dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot/pengabutan.
Pengabutan berfungsi untuk menyiram dan mengatur suhu udara pada kondisi
optimal 16 – 22 derajat C dengan kelembaban 80 – 90%.Peralatan yang digunakan
pada budidaya jamur di antaranya, Mixer, cangkul, sekop, filler, botol, boiler,
gerobak dorong, sendok bibit, centong. Jika ingin berhasil memang harus lengkap
menyiapkan sarana produksinya.
Tahapan memproduksi jamur tiram :
1.
Siapkan serbuk kayu gergajian
albasia. Rendam selama 0-12 jam (bergantung pada spesies/strain serbuk kayu
yang digunakan).
2.
Tiriskan sampai tidak ada air, pada
hari itu juga dengan mengunakan saringan kawat atau ayakan kawat.
3.
Membuat subtrat/media tumbuh, pada
hari itu juga. Tambahkan 5-15 % bekatul atau polar (bergantung pada
spesies/strain yang digunakan), 2% kapur (CaCO3), 2% gypsum (CaSO4) dan air
bersih, diaduk merata, kadar air substrat 65%, pH 7.
4.
Distribusikan kedalam baglog
polipropilen pada hari itu juga. Padatkan dalam wadah tersebut, beri lubang
bagian tengah, dipasang mulut cincin pralon, kemudian ditutup dengan kapas/kertas
minyak.
5.
Sterilisasi/pasteurisasi, satu hari
kemudian. Simpan dalam kamar uap atau kukus dalam drum dengan suhu media di
dalam baglog 95-120 derajat C selama 1-3 kali 8 jam bergantung pada jumlah
substrat yang akan di pasteurisasi.
6.
Inokulasi substrat dengan spawn di
ruang inokulasi. Setelah suhu baglog substrat turun sampai suhu kamar,
inokulasikan bibit pada substrat dalam laminar flow. Bibit 10-15gr/kg substrat.
7.
Inkubasi baglog substrat
(pertumbuhan miselium 15-30 hari). Rumah jamur/kubung/ruang inkubasi dijaga
tetap kering dan bersih, suhu 22-28 derajat C tanpa cahaya.
8.
Baglog substrat dibuka cincin dibuka
(7-15 hari kemudian). Cara membuka berbeda-beda, tergantung jenis jamur kayu
yang digunakan.
9.
Baglog disusun di rak dalam rumah
jamur (pertumbuhan jamur 10-15 hari kemudian, tumbuh pin head/bakal tumbuh
buah). Bakal tumbuh buah tersebut disiram air bersih agar jamur tumbuh. Untuk
jamur tiram, yang disiram rumah jamurnya. Untuk jamur kuping penyiraman
langsung pada substrat sampai basah kuyup. Suhu rumah jamur 16-22 derajat C RH
: 80-90 %.
10.
Panen jamur tiram/kuping. Panen
kurang dari 9 kali dalam waktu kurang dari 1,5 bulan tergantung cara
pemeliharaan/penyiraman jamur dan kebersihan kubung. Atau sisa panen 2-5 kali
seminggu.
Permasalahan yang sering timbul pada
budidaya jamur antara lain baglog sulit keluar
jamur pada awal pembukaan dan lamanya rentang antar panen pada baglog jamur. Penyebab
pemasalahan ini bukan hanya pada petani yang membudidayakan baglog jamurnya,
tapi juga pada proses pembuatan baglog jamur, yaitu pada petani penyedia baglog
jamur.
Permasalahan yang
disebabkan oleh pembudidaya baglog jamur yaitu karena rumah/kumbung jamur
kurang ideal untuk pertumbuhan jamur. Bisa dikarenakan desain kumbung
jamur yang kurang tepat, antara lain:
1. Atap
kumbung terlalu rendah, sehingga ruangan menjadi pengap/ sumuk dan akan mudah
meningkatkan suhu ruangan. Artinya kondisi ruangan tidak memenuhi syarat tumbuh
jamur. Kecuali jika pendirian kumbung berada di bawah pohon yang teduh
dan rindang.
2. Kumbung
jamur terlalu gelap karena tertutup rapat tanpa sirkulasi, hal ini akan
menghambat pertumbuhan pin head/ bakal jamur. Pada masa pertumbuhan jamur pada
baglog, butuh pencahayaan sebesar 10-15 %. Bukan sinar matahari langsung yang
masuk ke dalam kumbung.
Selain itu hama dan penyakit juga
menjadi kendala yang cukup serius pada budidaya jamur. Hama yang sering
menyerang jamur antara lain :
1. Serangga
Lalat dan
nyamuk merupakan serangga yang banyak terdapat dalam kumbung yang tidak
dipelihara dengan baik. Serangga biasanya masuk bersamaan dengan keluar
masuknya pekerja, melalui ventilasi, atau melalui lubang-lubang kecil yang
tidak terdeteksi. Kondisi yang lembab ditambah dengan aroma substrat/media log
sangat disukai serangga-serangga ini yang akhirnya berkembang biak di dalam
kumbung. Serangga akan meletakkan telur-telurnya pada media baglog. Setelah
menetas, larva-larva yang tumbuh akan memakan miselium dan tubuh buah jamur
tiram sehingga batang jamur tiram berlubang-lubang dan pertumbuhan tubuh buah jamur
tiram menjadi terganggu (keriput). Setelah memasuki fase dewasa aktif (terbang)
Serangga akan berpindah ke media log jamur yang masih sehat dan berkembang
biak. Demikian seterusnya sehingga dalam periode tertentu bisa menyebabkan
kerusakan yang cukup besar. Selain itu, serangga juga biasa berperan sebagai
vektor/pembawa penyakit/virus yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur tiram.
Beberapa
jenis serangga yang dapat menularkan hama-penyakit pada kumbung jamur
diantaranya
·
Licoriella spp
·
Megaselia spp
·
Lepidocyrtus spp
Pencegahan
terhadap serangan – serangga ini dapat dilakukan dengan cara memasang kawat
kasa berukuran kecil pada bagian ventilasi dan memasang plastik bening pada
bagian luar pintu untuk membiaskan cahaya sehingga serangga cenderung
menghindar dan menjauh dari kumbung. Bila upaya ini masih kurang, maka dapat
dilakukan upaya pengendalian serangga dengan cara memasang perangkap serangga
di dalam kumbung berupa lem yang dioleskan secara merata pada lembaran
kertas/plastik berwarna kuning.
2. Laba-laba
Laba-laba
dapat memakan miselium dan tubuh buah jamur tiram. Selain itu, laba-laba juga
dapat menyebarkan spora jamur pengganggu. Pencegahan dapat dilakukan dengan
menebarkan serbuk kapur pada permukaan lantai dan dinding kumbung. Jika
terdapat sarang laba-laba (biasanya terdapat di sela-sela baglog) maka harus
segera dimusnahkan.
3. Cacing
Hama cacing
ini biasanya memakan miselium sehingga dapat mengakibatkan jamur tidak tumbuh
sama sekali/gagal tumbuh. Hama cacing sangat kecil (±1 mm) dan dapat berkembang
biak dengan cepat. Pencegahan hama cacing dapat dilakukan melakukan proses
sterilisasi dengan sempurna sehingga telur-telur cacing mati.
4. Siput
Ruang
kumbung yang tidak bersih dan lantai kumbung yang kotor dan becek seringkali
mengundang kedatangan siput. Siput akan memakan tubuh buah jamur tiram yang
baru tumbuh sehingga pertumbuhan jamur tiram menjadi tidak optimal/rusak. Salah
satu cara alami untuk mencegah ataupun mengatasi serangan siput ialah dengan
menyemprot lantai kumbung dan rak dengan ekstrak jarak pagar.
5. Rayap
Mendeteksi
kehadiran rayap relatif sulit dilakukan. Biasanya kita baru menyadari kehadiran
rayap setelah melihat kerusakan yang ditimbulkannya. Rayap memakan zat yang
terkandung di dalam kayu yaitu selulosa. Zat ini juga terdapat dalam media
baglog jamur tiram sehingga kemungkinan kerusakan baglog juga cukup besar. Cara
sederhana ialah dengan menyemprotkan zat kimia anti rayap. Cara alami yang bisa
diupayakan yaitu dengan menggunakan ekstrak sereh yang disemprotkan ke bagian tanah
atau bagian kumbung yang terkena serangan.
Pemasaran
Seperti yang telah dijelaskan di
atas tadi bahwa permintaan pasar akan produk jamur masih sangat tinggi. Apalagi
ditambah dengan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi tentang pengaruh
makanan terhadap kesehatan mereka maka mereka akan mencari bahan makanan
alternatif yang lebih sehat, salah satunya yaitu jamur.
Jejamuran merupakan salah satu
tujuan bagi petani jamur di wilayah Sleman, Yogyakarta dan sekitarnya untuk memasarkan hasil
panenya. Jejamuran bekerjasama dengan para petani jamur dengan cara menampung
hasil panen para petani sehingga petani tidak kesulitan dalam memasarkan hasil
panenya.
Di Yogyakarta sendiri masih banyak
terdapat pasar-pasar tradisional yang menerima produk jamur dari para petani, misalnya
pasar Gamping, pasar Kranggan, pasar Demangan, dll, dan menurut salah satu
narasumber ternyata produksi jamur yang disetorkan belum bisa memenuhi semua permintaan
konsumen. Hal ini menunjukan bahwa jamur semakin digemari dan pasarnya semakin
berkembang luas sehingga pemasaran produk tidak akan mengalami kendala yang
berarti.
0 Response to "JEJAMURAN RESTO"
Posting Komentar