BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Benih merupakan
material yang bersifat higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan
heterogen. Air merupakan bagian yang fundamental terdapat sedemikian rupa dalam
benih, artinya terdapat di setiap bagian dalam benih. Kadar air benih karena
keadaan yang higroskopis itu tergantung pada kelembaban relatif dan suhu udara
lingkungan sekitarnya.
Kadar air benih
merupakan salah satu komponen yang harus diketahui baik untuk tujuan
pengolahan maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki dampak
besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok pada kadar
air tinggi berisiko mempercepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan.
Kadar air biji atau benih berfungsi untuk menentukan saat panen yang tepat
dan saat penyimpanan benih. Pemanenan harus dilakukan pada tingkat kadar air
tertentu pada masing-masing spesies atau varietas.
Umumnya pada
tanaman serealia (padi-padian) dan kacang-kacangan (legume), pada saat
mendekati masak kadar airnya konstan sekitar 20 %, tetapi sedikit naik turun
seimbang dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Benih setelah dipanen atau
dipetik dari pohon induknya perlu segera dikeringkan sampai kadar air tertentu
yang aman, misalnya padi 11-12 %, jagung 11-12 %, kedelai 10-11 %, kacang hijau
11-12 % dan kacang tanah 10-11 %. Penurunan kadar air ini berhubungan dengan
benih akan disimpan, beberapa hari, minggu, bulan atau tahun. Tinggi rendahnya
kadar air dalam benih memegang peranan yang demikian penting dan berpengaruh
besar terhadap mutu benih.
Jumlah air dalam suatu benih merupakan kadar airnya,
yang diukur berdasarkan berat basah atau berat kering benihnya. Bila kadar
air benih diberikan berdasarkan berat basahnya, maka jumlah airnya merupakan
persentase dari berat benih sebelum airnya dihilangkan.
Selama perkembangan, pemasakan dan pematangan, kadar
air benih menurun perlahan – lahan hingga benih yang dipanen akhirnya
mengering sampai batas yang tidak ada lagi penurunan kelembaban, karena kadar airnya
telah mencapai keseimbangan dengan kelembaban nisbi lingkungan sekitarnya.
Dalam
penyimpanan benih, makin tinggi kadar air benih maka makin tinggi laju pernafasan
benih yang dapat berakibat :
1. Berlangsungnya
perkecambahan karena didukung oleh kelembaban lingkungan yang tinggi.
2. Kelembaban
lingkungan yang tinggi merupakan lingkungan yang cocok bagi organisme perusak
seperti jamur.
Kadar air benih
dapat diukur dengan metode
1. Metode
dasar atau metode tungku (oven method)
Dalam metode ini
kadar air benih diukur dengan cara contoh benih dikeringkan dalam oven listrik
pada suhu 130 oC selama 1 jam.
Kadar air dihitung dengan rumus :
a.
Kadar air benih =
Ini disebut kadar air berdasarkan
berat basah (wet weight basis), biasa
dipakai pada industri (biji, daging, dan lain-lain)
b.
Kadar air benih =
Ini disebut kadar air berdasarkan
berat kering (dry weight basis),
biasa dipakai untuk penelitian ilmiah (scientific
research).
B. TUJUAN
Tujuan praktikum kali ini adalah agar
praktikan dapat melakukan uji kadar air benih dengan metode tungku (oven method).
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Yang dimaksud kadar air benih, adalah berat air yang
"dikandung" dan yang kemudian hilang karena pemanasan sesuai dengan
aturan yang ditetapkan, yang dinyatakan dalam persentase terhadap berat awal
contoh benih.Penetapan Penilaian Air adalah banyaknya konten air dalam benih
yang diukur berdasarkan hilangnya konten air tersebut & dinyatakan dalam%
terhadap berat asal contoh benih.Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk
untuk mengetahui kadar air benih sebelum disimpan dan untuk mengatur kadar air
yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih
tersebut.
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan
sesuai dengan teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang
diterapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat
yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin (ISTA, 2006).
Dalam penentuan uji kadar air digunakan 2 metode
oven, yaitu metode temperatur rendah 103±2°C dan metode temperatur tinggi 130 -
133°C. Kedua metode tersebut dapat digunakan dalam penentuan kadar air (Bonner,
1995).
Metode
pengeringan oven telah mempertimbangkan bahwa hanya air saja
yang
diuapkan selama pengeringan. Namun, bagaimanapun juga senyawa yang mudah menguap mungkin ikut menguap yang akan
menyebabkan hasil pengukuran over
estimation.
Sebagai contoh, pada beberapa benih, Abies sebagian
resin ikut menguap ketika benih dibelah sehingga kadar air yang dihasilkannya
lebih tinggi (Bonner, 1991 dalam Poulsen, 1994). Dengan demikian, kadar air
yang ditentukan dengan metode oven mungkin saja tidak merepresentasikan kadar
air benih yang sesungguhnya (Poulsen, 1994).
Namun, bagaimanapun juga metode pengeringan oven
merupakan metode yang digunakan sebagai metode standar (Edwards, 1987; ISTA,
1999; ISTA 2006) bila dibandingkan dengan metode lainnya yang masih harus
dikalibrasi. Pemilihan metode pengukuran
kadar air yang paling tepat adalah apabila cara tersebut mampu memberikan nilai
kadar air tertinggi (Willan, 1985).
Penilaian air benih merupakan salah satu komponen
yang harus diketahui baik untuk tujuan
pengolahan, maupun penyimpanan benih. Telah diketahui bahwa kadar air memiliki
dampak besar terhadap benih selama penyimpanan. Menyimpan benih ortodok
pada tingkat air tinggi berisiko cepat mundurnya benih selama dalam penyimpanan. Penilaian
air benih merupakan salah satu komponen yang dinilai oleh BPSB dalam
sertifikasi benih sehingga uji ini merupakan satu pengujian rutin para analisis
benih di laboratorium benih.
Kadar air benih selalu berubah tergantung kadar air
lingkungannya, karena benih memiliki sifat selalu berusaha mencapai
kondisi yang equilibrium dengan keadaan sekitarnya (Kuswanto, 1997).
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih
sangat penting untuk dilakukan. Karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi
pula oleh kadar airnya (Satopo, L. 1985). Di dalam batas tertentu, makin
rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar
air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% –
8%.
Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang terlalu
rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio. Air yang
terdapat dalam benih dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu air bebas dan air
yang terikat. Pada perhitungan kadar air benih, yang dihitung
persentasenya hanyalah air bebas, karena air inilahyang dapat bergerak bebas
di dalam benih dan mudah untuk diuapkan (Anonim, 2009).
BAB
III
MATERI
DAN METODE
A.
WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum dilakukan di laboratorium agro pada
tanggal 29 November 2011.
B.
ALAT DAN BAHAN
Bahan yang digunakan
dalam praktikum kali ini adalah benih kedelai. Alat yang dipakai dalam
praktikum meliputi oven, eksikator, botol timbang dan timbangan digital.
C.
METODE
Pelaksanaan uji kadar air benih dengan metode tungku
meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Timbang
botol timbang yang sebelumnya telah dipanaskan (catat sebagai M1 gram).
2. Timbang
botol timbang + contoh benih (catat sebagai M2 gram).
3. Botol
timbang + contoh benih setelah dioven didinginkan dalam desikator selama 45
menit kemudian ditimbang (catat sebagai M3 gram)
4. Hitung
kadar air benih dengan rumus :
Kadar
air =
5. Lakukan
dua kali pengujian untuk setiap kelompok
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
No
|
Nama
|
M1
|
M2
|
M3
|
Kadar air benih (%)
|
1
|
Bayu
|
31,3 gr
|
36,29 gr
|
35,95 gr
|
= 6 %
|
2
|
Dila
|
30,3196 gr
|
35,3196 gr
|
35,0671 gr
|
= 5 %
|
3
|
Niko
|
31,12 gr
|
36,18 gr
|
35,83 gr
|
= 6,9 %
|
4
|
Andreas S.
|
31,96 gr
|
36,96 gr
|
35,67 gr
|
= 25 %
|
Tabel
1. Hasil pengamatan dan penghitungan kadar
air benih kedelai 4 praktikan/ulangan.
Kadar
air rata-rata = %
BAB
V
PEMBAHASAN
Pada
praktikum kali ini melakukan uji kadar air benih dengan menggunakan metode
konvensional dengan pengovenan dengan suhu dan waktu tertentu. Pada praktikum
kali ini pengovenan dilakukan selama 60 menit dengan suhu 130oC.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air
benih ini adalah contoh kerja yang digunakan adalah benih yang diambil dan
ditempatkan dalam wadah yang kedap udara, pada praktikum kali ini menggunakan
botol timbang. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang
digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air
benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang sebenarnya karena telah
mengalami perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari lingkungan.
Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus
dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan agar contoh benih
sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar dan untuk jenis tanaman yang tidak membutuhkan
penghancuran, contoh benih tidak bisa lebih dari 2 menit berada di luar wadah.
Dari
hasil pengamatan terhadap 4 ulangan dapat dilihat bahwa benih kedelai yang
diujikan memiliki kadar air sebesar 6
%, 5 %, 6,9 % dan 25 %. Sehingga kadar air rata-ratanya sebesar 10,725
%. Hal ini menunjukan bahwa benih kedelai tersebut memiliki kualitas yang baik.
Benih kedelai yang baik memiliki kadar air sekitar 10-11 %.
BAB
VI
KESIMPULAN
1.
Uji kadar air adalah pengujian banyaknya konten air dalam
benih yang diukur berdasarkan hilangnya konten air tersebut & dinyatakan
dalam (%) terhadap berat asal contoh benih.
2.
Praktikan dapat melakukan uji kadar air
dengan menggunakan metode pengovenan dengan menggunakan suhu 130oC
selama 60 menit.
3.
Benih kedelai yang dipakai pada
praktikum kali ini merupakan benih dengan kadar air yang baik karena kadar
airnya sekitar 10-11%.
sip banget kak...
BalasHapus