Alexa Rank

UJI DAYA BERKECAMBAH BENIH


BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman, artinya benih memiliki fungsi agronomis. Untuk itu benih yang diproduksi dan tersedia harus bermutu tinggi agar mampu menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi maksimal.
Mutu benih mencakup tiga aspek yaitu :
a.              Mutu genetik, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan berdasarkan identitas genetik yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan benih, tetapi juga fenotipe tanaman
b.             Mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh viabilitas benih meliputi daya berkecambah/daya tumbuh dan vigor benih
c.              Mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukan oleh tingkat kebersihan, keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih lain atau gulma, dan kadar air
Pada praktikum kali ini akan menguji mutu benih dari salah satu aspek, yaitu aspek fisiologi. Aspek fisiologi ditunjukan oleh viabilitas benih yang meliputi daya berkecambah dan vigor benih. Viabilitas benih merupakan daya benih yang dapat ditunjukan oleh metabolismenya atau pertumbuhannya. Viabilitas benih tidak sekedar gejala hidup yang dapat diamati tetapi daya hidup itu harus dapat dijadikan indikasi mutu benih, khususnya fisiologi benih.
Secara umum pengujian viabilitas benih mencakup pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor benih. Perbedaan antara daya berkecambah dengan vigor benih adalah bila informasi daya berkecambah ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan yang optimum, sedangkan vigor ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan yang suboptimum atau bibit yang tumbuh di lapang.
Untuk pengujian viabilitas benih, setiap peubah diharapkan mempunyai tolak ukur tersendiri. Daya berkecambah atau daya tumbuh merupakan tolak ukur viabilitas potensial benih. Peubah vigor benih atas vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan. Vigor kekuatan tumbuh benih dapat diindikasikan misalnya dengan tolak ukur laju perkecambahan (speed of germination), keserempakan tumbuh, laju pertumbuhan kecambah (seedling growth rate). Vigor daya simpan dapat diindikasikan dengan tolak ukur daya hantar listrik, vigor benih terhadap deraan etanol/fisik, dan sebagainya.
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian daya berkecambah benih jagung dan kedelai. Penentuan daya berkecambah merupakan salah satu cara untuk mengetahui mutu fisiologi suatu benih. Dengan mengetahui daya kecambah suatu benih maka kita akan bisa memperkirakan jumlah benih yang akan tumbuh nantinya. Uji daya berkecambah benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan berbagai metode, seperti UDK (uji di atas kertas). UAK (uji antar kertas) dan UKD (uji kertas digulung). Pada praktikum kali ini menggunakan metode UKD (uji kertas digulung).

B.  TUJUAN
Acara praktikum ini bertujuan agar :
1.             Praktikan dapat melakukan uji daya berkecambah dengan metode Uji Kertas Digulung (UKD).
2.             Praktikan dpaat mengidentifikasi kecambah normal dan tidak normal.
3.             Praktikan dapat menghitung nilai presentase daya berkecambah benih.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah.
Perkecambahan pada dasarnya adalah pertumbuhan embrio atau bibit tanaman, sebelum berkecambah benih relatif kecil dan dorman. Perkecambahan ditandai dengan munculnya radicle dan plumule. Biasanya radicle keluar dari kulit benih, terus ke bawah dan membentuk sistem akar. Plumule muncul ke atas dan membentuk sistem tajuk. Pada tahap ini proses respirasi mulai terjadi. Cadangan makanan yang tidak dapat dilarutkan diubah agar dapat dilarutkan, hormon auxin terbentuk pada endosperm dan kotiledon. Hormon tersebut dipindah ke jaringan meristem dan digunakan untuk pembentukan sel baru dan membebaskan energi kinetik (Edmondet al., 1975).
Perkecambahan (germination) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh tergantung pada variabilitas benih, kondisi  lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi.
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangan ini disebut perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan.
Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Dua kelas dari tumbuhan berbunga dibedakan dari cacah daun lembaganya: monokotil dan dikotil.
Tumbuhan berbiji terbuka lebih bervariasi dalam cacah lembaganya. Kecambah pinus misalnya dapat memiliki hingga delapan daun lembaga. Beberapa jenis tumbuhan berbunga tidak memiliki kotiledon, dan disebut akotiledon.
Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel biologi. Sel-sel embrio membesar dan biji melunak. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah.
Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah:
a.    Kecambah dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik
b.    Kecambah dangan cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan koleoptil
c.    Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih sempurna.
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal :
  1. Kecambah rusak
Kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh.
  1. Kecambah cacat atau tidak seimbang
Kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
  1. Kecambah lambat
Kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal.
Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil.
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi:
a.         Benih segar tidak tumbuh
Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal.
b.        Benih keras
Benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air.
c.     Benih mati
Benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yang menajdi induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari induknya.





BAB III
MATERI DAN METODE


A.  WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum dilakukan di laboratorium pada tanggal 25 Oktober 2011.
B.  ALAT DAN BAHAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah benih jagung, kedelai, air dan kertas pengecambah.
Alat yang dipakai dalam praktikum meliputi germinator, pinset, bak plastik dan alat tulis.
C.  METODE
Alur kerja praktikum uji viabilitas benih adalah sebagai berikut :
1.             Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan benih jagung dan kedelai, masing-masing sebanyak 50 butir.
2.             Praktikan atau kelompok praktikan menyiapkan media perkecambahan berupa kertas merang sebanyak tiga lembar untuk setiap pengujian, selanjutnya kertas merang dibasahi dengan air.
3.             Benih jagung dan kedelai sebanyak 50 butir ditempatkan di atas kertas merang rangkap dua yang sudah dibasahi air, menjadi empat baris (12-13-12-13).
4.             Benih yang sudah ditata di atas kertas kemudian ditutup selembar kertas merang yang sudah dibasahi dengan air. Selanjutnya kertas benih yang telah digulung diberi kode dan ditaruh di dalam germinator dalam posisi berdiri.
5.             Media perkecambahan dijaga kelembabannya, bila perlu media disemprot air secukupnya ketika media kering.
6.             Praktikan mengamati dan menghitung jumlah benih yang berkecambah normal, kecambah abnormal, benih busuk, benih tidak tumbuh pada hari ke-7 untuk jagung dan hari ke-8 untuk kedelai.
7.             Gambar dan beri keterangan bagian-bagian dari kecambah normal dan kecambah abnormal (bila ada) dari benih jagung dan kedelai.
8.             Hitung nilai daya bekecambah dengan rumus 


BAB IV
HASIL PENGAMATAN


No
Nama
Kecambah
Normal
Kecambah Abnormal
Kecambah  Busuk
Nilai Daya Kecambah (%)
1
Bayu
49
1
-
 x 100 % = 98 %
2
Dila
44
6
-
x 100 % = 88 %
3
Niko
38
12
-
 x 100 % = 76 %
4
Andreas S.
42
8
-
 x 100 % = 84 %
Tabel 1. Hasil pengamatan 4 praktikan/ulangan terhadap benih jagung setelah dikecambahkan selama 7 hari.

Rata-rata nilai daya kecambah = = 86.5 %


No
Nama
Kecambah
Normal
Kecambah Abnormal
Kecambah  Busuk
Nilai Daya Kecambah (%)
1
Bayu
3
45
2
 x 100 % = 6 %
2
Dila
3
44
3
 x 100 % = 6 %
3
Nanang
0
49
1
 x 100 % = 6 %
4
Andreas S.
3
46
1
 x 100 % = 0 %
Tabel 2. Hasil pengamatan 4 praktikan/ulangan terhadap benih kedelai setelah dikecambahkan selama 8 hari.

Rata-rata nilai daya kecambah = = 4,5 %
BAB V
PEMBAHASAN


Praktikum kali ini menggunakan metode uji kertas digulung (UKD) yang menggunakan kertas sebagai media tumbuhnya. Media kertas dicelupkan ke dalam air lalu diletakan benih di atasnya. Kertas yang telah berisi benih lalu digulung dan diletakan di dalam germinator yang dibuat sedemikian rupa sehingga intensitas cahaya yang masuk dan kelembaban udara di sekitarnya dapat diatur.
Dari hasil pengamatan kedua jenis benih (jagung dan kedelai), dilihat dari jumlah kecambah normal, kecambah abnormal dan kecambah busuknya, secara umum benih jagung memiliki viabilitas yang lebih baik dibandingkan benih kedelai.
Kecambah normal, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik.
Kecambah dengan pertumbuhan lemah / kecambah abnormal memiliki ciri-ciri plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
Kecambah busuk ialah benih yang tidak tumbuh sama sekali bahkan terjadi pembusukan pada benih tersebut.
Dari empat ulangan yang diamati, benih jagung memiliki nilai daya kecambah rata-rata sebesar 86,5 % atau temasuk dalam kriteria benih yang memiliki mutu yang baik. Sedangkan benih kedelai memiliki nilai daya kecambah rata-rata yang sangat kecil, yaitu sebesar 4,5 % atau termasuk dalam kriteria mutu benih jelek.
Jumlah kecambah normal pada benih jagung jauh lebih banyak dibandingkan jumlah kecambah normal pada benih kedelai. Pada benih kedelai juga ditemukan beberapa benih yang busuk meskipun pada benih jagung juga ditemukan beberapa kecambah yang berjamur namun tidak masih berkecambah dan tidak membusuk seperti pada benih kedelai tadi.
Kedua jenis benih tadi dikecambahkan dengan cara yang sama, media yang sama, dan tempat yang sama. Media kertas yang digunakan pada kedua jenis benih sama yaitu kertas buram. Tempat tumbuh dan lingkungan tumbuhnya juga seragam, yaitu diletakan di dalam germinator pada kondisi lingkungan laboratorium. Ditinjau dari kualitas benih yang digunakan pada praktikum kali ini juga menggunakan benih dengan kualitas yang relatif sama bagusnya pada kedua jenis benih.
Apabila penyebabnya faktor eksternal, seperti faktor lingkungan, suhu, kelembaban, hama, penyakit, dll. Maka seharusnya benih jagung juga akan mengalami hal yang serupa dengan yang dialami benih kedelai, karena keduanya dikecambahkan pada tempat dan lingkungan yang sama, bahkan pada germinator yang sama. Jadi kemungkinan besar penyebabnya adalah faktor internal benih.
Secara internal proses perkecambahan biji ditentukan keseimbangan antara promotor dan inhibitor perkecambahan, terutam asam giberelin (GA) dan asam absisat (ABA). Faktor eksternal yang merupakan ekologi perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya dan adanya senyawa-senyawa kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan (Dwidjoseputro. 1983).
Selain itu faktor internal yang lain adalah kemasakan benih. Jika benih yang sudah masak maka kandungan cadangan makan pada benih tersebut sudah ada, sehingga waktu benih itu ditanam maka perkecambahan akan mudah karena dalam melakukan perkecambahan benih melakukan aktivitasnya dengan cadangan makanan tersebut (Pramono,2010).
Praktikan belum bisa mengidentifikasi secara pasti penyebab mengapa benih jagung memiliki daya kecambah rata-rata yang jauh lebih tinggi (86,5 %) dibandingkan benih kedelai (4.5 %) padahal keduanya menggunakan variabel yang hampir seragam seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Praktikan menduga penyebab hal tersebut ialah kualitas benih kedelai yang mungkin sudah tidak bagus lagi pada saat digunakan sehingga setelah dikecambahkan hasilnya tidak sesuai dengan standar kualitas benih yang ada.
BAB VI
KESIMPULAN


1.        Praktikan dapat melakukan uji daya kecambah benih dengan metode Uji Kertas Digulung  (UKD)
2.        Praktikan dapat mengidentifikasi kecambah normal dan tidak normal.
3.        Kecambah normal, ditandai dengan akar dan batang yang berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik.
4.        Kecambah dengan pertumbuhan lemah / kecambah abnormal memiliki ciri-ciri plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya.
5.        Nilai daya kecambah rata-rata benih jagung lebih baik (86,5 %) dibandingkan nilai daya kecambah rata-rata benih kedelai (4,5 %).

1 Response to "UJI DAYA BERKECAMBAH BENIH"

  1. tengkiu kak,,postingannya keren,, makasi :)bs buat nambah2 referensi laporan saya..

    BalasHapus

wdcfawqafwef