PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BENIH
TERHADAP MUTU BENIH
BAB I : PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Benih merupakan salah satu faktor utama yang
menjadi penentu keberhasilan usahatani. Dalam konteks agronomi, benih dituntut
untuk bermutu tinggi sebab benih harus menghasilkan tanaman yang berproduksi
maksimum dengan sarana teknologi yang maju. Sering petani mengalami kerugian
yang tidak sedikit baik biaya maupun waktunya akibat penggunaan benih yang
jelek mutunya.
Walaupun
pertumbuhan dan produksi tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan cara
bercocok tanam, tetapi tidak boleh diabaikan pentingnya pemilihan kualitas
benih yang akan dipergunakan. Penggunaan benih bermutu dapat
mengurangi risiko kegagalan usahatani karena bebas dari serangan hama dan
penyakit serta mampu tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan.
Dalam budidaya tanaman sering kali ditemui keadaan dimana kebutuhan benih dengan
ketersediaan benih tidak selalu sama. Sering kali ketersediaan benih lebih
besar daripada kebutuhan benih di lapangan karena setelah dipanen, benih biasanya tidak
langsung ditanam melainkan harus menungggu saat tanam selama beberapa waktu.
Selain itu benih seringkali harus diangkut dari suatu tempat ke tempat lain
dengan menempuh jarak yang cukup jauh oleh karena
itu perlu dilakukan penyimpanan benih agar benih yang belum digunakan sekarang
bisa digunakan pada saat
dibutuhkan nantinya.
Penyimpanan benih menjadi sesuatu yang penting.
Darjadi dan Harjono (1966) menyatakan bahwa pada dasarnya kegiatan penyimpanan
benih itu bertujuan untuk:
1.
Menjaga dan melindungi benih agar tetap dalam keadaan baik selama
disimpan, yaitu selama waktu dikumpulkan sampai ditanam di persemaian atau
lapang.
2.
Melindungi benih dari kerusakan oleh burung, serangga dan binatang
lain.
3.
Untuk mencukupi persediaan benih yang dibutuhkan selama waktu tidak
musim buah, maupun panen yang tidak mencukupi kebutuhan
Penyimpana benih yang sesuai dengan
karakteristik benih akan menigkatkan daya simpan benih dan mempertahankan mutu
benih tersebut. Salah satu yang mempengaruhi mutu benih adalah lama penyimpanan
benih.
BAB II : DASAR TEORI
Benih adalah beginning of life atau awal kehidupan dari suatu budidaya
tanaman. Artinya bahwa dengan benih, maka suatu tanaman dapat meneruskan
kehidupan dan menurunkan sifat – sifat yang dimilikinya.
Didalam benih terdapat kandungan materi genetik dan kandungan kimiawi yang
merupakan komponen kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut (
Kamil 1986 ). Benih sinonimus dengan “biji” atau “tampang” yang dalam bahasa
Inggris dipakai istilah “seed” atau “grain”. Benih atau biji mempunyai arti
dan pengertian yang bermacam-macam, tergantung dari bidang dan dari segi mana
peninjauannya.
Benih menurut Undang – undang RI No.12 Tahun 1992
tentang sistem budidaya tanaman BAB I ketentuan umum Pasal 1 (a) 4 mengatakan :
“ Benih tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagiannya
yang digunakan untuk memperbanyak/atau mengembangbiakkan tanaman”. Benih
tanaman yaitu biji, bibit, stek, entres dan planlet.
Perlakuan yang terbaik pada benih ialah menanam
benih atau disemaikan segera setelah benih-benih itu dikumpulkan atau dipanen,
jadi mengikuti cara-cara alamiah, namun hal ini tidak selalu mungkin kareana
musim berbuah tidak selalu sama, untuk itu penyimpanan benih perlu dilakukan
untuk menjamin ketersediaan benih saat musim tanam tiba. Oleh karena itu perlu dilakukan penyimpanan benih agar benih
yang belum digunakan sekarang bisa digunakan pada saat dibutuhkan nantinya.
Kenapa benih perlu disimpan :
1. Musim buah dan tanam
tidak sama
2. Mempertahankan sumber
genetik
3. Sebagai penyangga
antara produksi dan permintaan
Pertimbangan penyimpanan benih
1.
Banyak jenis yang buahnya masak pada permulaan atau pertengahan musim
kemarau
2.
Beberapa jenis musim buahnya tidak terjadi sepanjang tahun
3.
Benih harus mengalami transportasi ke tempat tujuan penanaman dan
memakan waktu lama dalam perjalanan
4.
Produksinya kurang mencukupi untuk penanaman areal yang luas
Strubsgaard (1992) dalam Siregar (2000) mengemukakan bahwa
periode penyimpanan terdiri dari penyimpanan jangka panjang, penyimpanan jangka
menengah dan penyimpanan jangka pendek. Penyimpanan jangka panjang memiliki
kisaran waktu puluhan tahun, sedangkan penyimpanan jangka menengah memilki
kisaran waktu beberapa tahun, dan penyimpanan jangka pendek memiliki kisaran
waktu kurang dari setahun. Tidak ada kisaran pasti dalam periode penyimpanan,
hal ini disebabkan karena periode penyimpanan sangat tergantung dari jenis
tanaman dan tipe benih itu sendiri.
BAB III : PEMBAHASAN
Umur simpan benih sangat dipengaruhi oleh sifat benih,
kondisi lingkungan, dan perlakuan manusia. Berapa lama benih dapat disimpan
sangat bergantung pada kondisi benih dan lingkungannya sendiri. Beberapa tipe
benih tidak mempunyai ketahanan untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama
atau sering disebut benih rekalsitran. Sebaliknya benih ortodoks mempunyai daya
simpan yang lama dan dalam kondisi penyimpanan yang sesuai dapat membentuk
cadangan benih yang besar di tanah (Schmidt 2000). Pada umumnya semakin lama
benih disimpan maka viabilitasnya akan semakin menurun.
Mundurnya viabilitas benih merupakan proses yang berjalan
bertingkat dan kumulatif akibat perubahan yang diberikan kepada benih (Widodo
1991). Tingkat vigor awal tidak dapat dipertahankan karena menurut Delouche,
benih akan mengalami proses kemunduran secara kronologis. Sifat kemunduran ini
tidak dapat dicegah dan tidak dapat balik atau diperbaiki secara sempurna. Laju
kemunduran mutu benih dapat diperkecil dengan melakukan penanganan dan
pengolahan, penyimpanan, serta pendistribusian benih secara baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama
penyimpanan dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit
dan kadar benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi
gas, suhu dan kelembaban ruang simpan.
Menurut Harrington (1972), masalah yang dihadapi dalam
penyimpanan benih semakin kompleks sejalan dengan meningkatnya kadar air benih.
Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat menimbulkan resiko terserang
cendawan. Benih adalah bersifat higroskopis, sehingga benih akan mengalami
kemunduran tergantung dari tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan
suhu lingkungan dimana benih disimpan (Purwanti, 2004).
Penyimpanan benih yang kurang baik akan
menyebabkan benih mengalami kemunduran fisiologis. Kemunduran benih ini tidak
dapat dicegah tetapi dapat ditekan lajunya dengan mengendalikan faktor yang
berpengaruh selama penyimpan seperti suhu, kadar air benih dan kelembaban.
Salah satu cara untuk mempertahankan daya simpan benih adalah dengan penetapan
kadar air yang tepat saat benih disimpan sehingga benih dapat disimpan dalam
waktu yang cukup lama tanpa menurunkan viabilitas benih (Justice dan Bass,
1994).
Perlakuan terhadap benih sebelum dan selama penyimpanan benih sangat
mempengaruhi daya simpan benih. Apabila benih diperlakukan dengan baik sesuai
karakteristik dan kebutuhan benih tersebut untuk dapat bertahan lebih lama,
maka benih tersebut akan memiliki daya simpan yang lebih lama. Meskipun begitu
setiap benih memiliki batas waktu penyimpanan. Apabila benih disimpan melebihi
batas waktu yang simpannya maka mutunya akan menurun secara drastis. Lamanya batas waktu simpan benih biasanya
diketahui melalui penelitian-penelitian yang dilakukan. Dari hasil penelitian
tersebut diketahui berapa lama benih dapat disimpan dengan perlakuan optimum
yang mendukung daya simpan benih tersebut.
BAB IV : KESIMPULAN
Lama penyimpanan benih berpengaruh terhadap mutu
benih saat digunakan. Secara umum semakin lama benih disimpan maka kualitas
benih tersebut akan menurun. Namun faktor lama penyimpanan benih juga berkaitan
erat dengan faktor lainya seperti faktor genetis, faktor lingkungan, cara
penyimpanan, dll.
0 Response to "PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BENIH TERHADAP MUTU BENIH"
Posting Komentar